Pages

COBA

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
:
0 1 2 3 4 5 6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
:
0 1 2 3 4 5 6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9






READ MORE - COBA

Pokoknya Bekerja, Pasti Ada Hasilnya

Pokoknya bekerja (dalam bahasa arab عمل ) pasti ada hasilnya...!!! Saya berani jamin 1000%, bahkan nyawa sayapun bisa dijaminkan, kalau dikira saya cuman "Ngomong doang", okelah hitam di atas putih bermaterai 6,000-an 10 lembar, kalau perlu dinotariskanpun "SAYA SIAP" kalau yang saya sampaikan ini adalah sebuah kebenaran... Allohu Akbar...!!! Karena bahasa dan gaya saya menulis banyak yang menganggap saya itu "Katrok, Lebay, Norak dll", mungkin anda juga adalah salah satu di antara mereka. Tapi yang terpenting buat saya adalah anda faham dengan apa yang saya sampaikan dan "Selama yang saya sampaikan adalah kebenaran, kenapa saya harus takut di katain Katrok dkk; E.G.M.B.W. gitu looh..." Oya, sebelum saya lanjutkan, ada reques dari saudara saya setelah beliau membaca tulisan saya yang bertajuk "Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel" beliau bilang:
"Syarat penting sebelum membaca tulisan di blog ini adalah, "anda harus menyiapkan martil / palu / hammer, kalu anda tidak setuju atau menganggap isi tulisannya salah, segera pukul hp atau desktop anda dengan palu yang telah anda siapkan sebelumnya" jadi, kalau anda tidak memukul hp atau desktop anda artinya anda "SETUJU." :)
Sudah cukup basa - basinya kita lanjut lagi, oya, tapi untuk "palunya" saya serius lho, kalau anda tidak mau terima syarat itu, ya tutup saja browser anda, jangan teruskan membaca,,, Okey...!!! Yang jelas saya tidak ngawur dalam pernyataan saya di atas, bahwa "Pokoknya bekerja pasti ada hasilnya" kalau anda tidak mau terima pernyataan ini, sekarang coba anda buka Al Qur'an Surat Al Zalzalah ayat: 7 dan 8 yang artinya: 7) "Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." 8) "Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." Jadi jangan mencoba membantah lagi ya, karena pasti bukan saya saja yang ndak terima, yang punya Firman di ataspun akan marah pastinya (dengan cara dan kehendak-NYA Sendiri yang tidak ada kehendak lain yang bisa melawan kehendak-NYA). Dalam terjemah ayat 7 dan 8 Surat Al Zalzalah di atas ada dua buah kata yang saya tulis tebal yaitu, kata "mengerjakan"; sudah pasti kata dasarnya adalah "kerja". Oya,,, anda jangan sembarangan untuk mendefinisikan kata "kerja". Silahkan fahami definisinya terlebih dahulu di sini dengan benar sampai pada kutipan di bawah ini:
"Sekarang tahap selanjutnya yang harus anda ketahui adalah "Semua Pekerjaan (Rukun) Mempunyai Akibat (imbas) Positif (seperti Pahala, Rasa Gembira, Sehat, Gaji, Pendapatan, Pujian dll.) dan Negatif (seperti Dosa, Rasa Sedih, Sakit, Rugi, Hinaan dll.)" tergantung apa yang kita kerjakan dan untuk siapa pekerjaan itu kita sandarkan. Apabila sandaran kita hanya Alloh SWT. maka di situ ada pahala yang sangat besar di sisiNYA, tapi apabila sandaran kita hanya kepada makhluk seperti, bos, atasan, mertua, pacar, rekan kerja (read hasil yang bersifat duniawi) dll, maka tidaklah kita mendapat apa - apa di sisiNYA kecuali kerugian yang teramat besar.
Sudah jelas dan faham semuanya? Kalau belum silahkan baca lagi 5 hingga 10 kali, InsyaAlloh kalau anda mau membaca hingga 10 kali, pasti syaithon yang bertugas menutupi cahaya ilmu anda akan lari terbirit - birit karena kecapean, panik dan kapok untuk menghadang kemauan dan keteguhan hati anda untuk mencari ilmu.
HATI-HATI DENGAN YANG ANDA KERJAKAN (walaupun hanya sebuah kata)
Kadang kita menganggap sepele sesuatu yang kelihatannya memang spele tapi ternyata memiliki dampak yang sangat besar terhadap diri kita. Contoh kecilnya adah pekerjaan yang kita lakukan dengan pokok rukun yang ke dua yaitu, LISAN. Banyak diantara kita yang terkecoh dengan perangkap setan yang satu ini. Silahkan anda buka "Kitab Sohih Bukhori" anda dan cari sendiri hadits ini dalm bab "Menjaga Lisan" diriwayatkan dari Abi Huroiroh:
عن النبيّ صلى اللّه عليه وسلم قال: "إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعالى ما يُلْقِي لَهَا بالاً يَرْفَعُ اللَّهُ تَعالى بها دَرَجاتٍ، وَإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِنْ سَخْطِ اللَّهِ تَعالى لا يُلْقِي لَها بالاً يَهْوِي بِها في جَهَنَّمَ"
Artinya yang saya garis bawah: “Sungguh seseorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Alloh namun dia menganggapnya ringan, karena (ucapan itu) dia dilemparkan ke dalam neraka Jahannam”. Dalam "Sohih Muslim" juga ada hadits yang senada dengan hadits di atas, tapi silahkan anda cari sendiri. Maaf bukannya pelit, tapi karena saya tidak mau kalau dianggap sok pintar dan anda bodoh, saya yakin anda orang cerdas, dan pasti bisa mencarinya, kalau anda merasa tidak mampu, mending baca tulisan ini. Jadi, sepele memang sepele, tapi kalau disepelekan bisa bahaya sekali. Hati - hati dengan perkataan kita, karena dalam perkataan juga bisa membuka pintu setan. Baca hadits di bawah ini, sumber juga dari kitab "Sohih Muslim" diriwayatkan oleh Abu Huroiroh RA, beliau berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا ، وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ "
Artinya kurang lebih seperti ini: “Seorang Mukmin yang "Kuat" (dalam segala hal) itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Alloh daripada Mukmin yang lemah. Dalam setiap sesuatu ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu, memohonlah pertolongan (hanya) kepada Alloh (dalam segala hal), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan) maka janganlah kamu mengatakan: "seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu". Tetapi katakanlah, "ini telah ditakdirkan oleh Alloh dan Alloh berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-NYA". Karena sesungguhnya perkataan "seandainya" akan membuka (pintu) perbuatan setan”. Apakah hanya kata "seandainya" saja yang bisa membuka pintu setan? Tentu tidak, coba baca lagi Hadits di atas, hanya karena perkataan yang sepele, seseorang dilemparkan oleh Alloh SWT. kedalam neraka Jahannam. Apalagi kalau kata - kata itu sampai ditulis dan di sebar luaskan, wah bisa jadi bahaya; contoh seperti kata yang serig kita dengar "menabung pangkal kaya", jelas dalam kalimat ini ada muslihat setan yang mengajak kita jadi "pelit" harusnya "shodaqoh pangkal kaya" karena rumus ketuhanan itu 10-1=19 lho kok bisa, bukankah seharusnya 9...??? ya itulah rumus Tuhan bukankah 1 kebaikan dilipatgandakan jadi 10?, kalau anda ngeyel 9 ya itu berarti setan sungguh telah berhasil menipu anda. Ada lagi "masih miskin jangan shodaqoh tunggu saja nanti kalau sudah kaya", dan kenyataannya yang punya prinsip seperti ini, kalau sudah kaya dia pasti akan "eman - eman" untuk bersedekah karena merasa susah payah dalam mencapai kaya, dan "enak saja kamu (orang miskin) mau dapat (uang dll.) tanpa kerja keras". Harusnya "bershodaqohlah agar cepat kaya". Ada lagi "Nerimo ing Pandum" kalau konteksnya anda didzolimi karna gaji atau pendapatan anda dipotong secara tidak sah atau karena jualan anda tidak laku menurut saya kata ini ampuh untuk menentramkan hati agar bisa ikhlas menerima keputusan Alloh. Tapi sayangnya kalimat "Nerimo ing pandum" seringnya hanya di buat tameng oleh kebanyakan orang untuk menutupi sifat malasnya. Bagaimana tidak, nyatanya kalau pendapatannya tidak sesuai, rejekinya kurang, dituntut bayar biaya bulanan, ditagih hutang, terkena musibah dan lain - lain mereka akan mengeluh, mengeluh dan mengeluh; dan disaat yang bersamaan ketika diberi informasi peluang usaha, diajak maju, berjuang agak lebih keras eh malah ngomong "Nerimo ing pandum" apa ndak keliru itu? Yang jelas kata ini bagus bila sesuai konteksnya, tapi kalau tidak sesuai itu "sombong" namanya. (Keputusan saya untuk menyebut sombong tidak ngawur lho, kalau pengen protes, mending anda buka dahulu kitab "Ibanatul Ahkam" yang menjelaskan Hadits tentang "Tidak akan bisa masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat sombong"). Ingat...!!! Alloh Maha Kaya dan Meng-Kayakan, kalau anda  bilang "Nerimo ing pandum"  padahal anda tahu kalau anda masih miskin lha kok berlagak sok kaya, itu artinya setan betul - betul sukses menjebak anda dalam perangkapnya, secara otomatis Tuhan-lah yang anda remehkan, dikira ndak bisa Meng-kayakan anda, padahal pada dasarnya anda males. Apa itu ndak sombong...!!! (tolong bacanya pake nada tinggi, biar mengena). Ada lagi "PANEN DUIT", kata ini paling bahaya diantara kata - kata yang lain (menurut saya) bagaimana tidak, kata "PANEN" adalah proses paling akhir dari sebuah kepayahan yang sangat (dari mencangkul, nabur benih, memupuk, merawat dan lain sebagainya) bayangkan seberapa payahnya kita untuk dapat mencapai proses paling akhir yaitu "PANEN" ini lha kok obyeknya hanya "DUIT" (dunia). Dan kenapa ini saya sebut "paling bahaya", karena yang jelas pohon duit itu tidak ada jadi sudah jelas apa yang kita tanam adalah sebuah kiasan (tidak betul - betul berupa pohon) tapi berupa "pekerjaan atau tindakan atau apalah - apalah itu" yang jelas untuk menghasilkan banyak uang. Okelah saya tidak akan mempermasalahkan "banyaknya uang atau kaya" karena menurut saya sebagai manusia normal saya juga sangat membutuhkan uang, alias harus jadi orang kaya. Kan tadi di atas sudah saya sebutkan Hadits bahwasanya "Muslim yang Kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh" tapi masalahnya disini kalimat yang disebut itu "PANEN" dan panen adalah hasil akhir dan obyeknya "DUIT". Yang pasti "pohon duit" tidak ada, ini artinya kiasan untuk segala kegiatan dan usaha kita yang bisa menghasilkan duit itulah yang kita tanam; saya yakin anda cerdas dan tahu maksud saya... Ya Betul...!!! Yang kita tanam adalah Waktu, Tenaga, Kepayahan dan Semua aktifitas kita" untuk mencari duit (rizqi). Coba anda hitung berapa besar kerugian kita, yang seharusnya kepayahan dan kesusahan kita itu bisa diberi yang lebih besar dan membahagiakan daripada hanya sekedar se"kontainer duit" yaitu, "PAHALA YANG BESAR". Ingat ini baik - baik wahai saudaraku, Alloh sedikitpun tidak akan mengdzolimi semua makhluk ciptaan-NYA, jangankan hanya sekedar "duit" (dunia) yang lebih dari itu (surga)pun sudah dipersiapkan-NYA untuk makhluk-NYA. Sekarang tinggal terserah si-makhluk tadi mau "PANEN DUIT" (dunia saja) atau mau "PANEN PLUS2" (dunia dan akhirat = BERKAH). Dalam Surat An nisa' ayat 134 Alloh berfirman yang artinya: "Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Alloh ada pahala dunia dan akhirat. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Dan masih banyak lagi perangkap - perangkap setan yang kelihatannya remeh. Sebagi penutup, saya sampaikan sebuah Hadits Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khotthob Rodliyallohu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Alloh dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. (Muttafaq 'alaih). Alloh berfirman: "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.[] "Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Huud: 15-16) Semoga Alloh menjaga kita dari perangkap - perangkap setan, serta senantiasa mununtun dan menunjukkan kita untuk tetap memurnikan segala amal perbuatan, usaha dan susah payah kita selama hidup di dunia ini hanya untuk mencapai Ridlo-NYA... Aamiiin Yaa Robbal 'Aalamiin...!!!
READ MORE - Pokoknya Bekerja, Pasti Ada Hasilnya

Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel

RUKUN (episode #1) Masih ingat tentang Syarat Sukses?, di sana sudah saya singgung tentang ta'rif Syarat dan Rukun. Pahami lagi dan baru lanjutkan kesini jika anda masih belum mengerti, oke...!! Sekarang next step saya akan bahas tentang Rukun. Saya ulangi sedikit pembahasan saya yang kemarin, Rukun adalah "hal - hal yang dilakukan demi kesempurnaan suatu pekerjaan baik yang berupa ibadah atau muamalah atau segala sesuatu yang berupa pekerjaan yang membutuhkan anggota badan untuk melakukannya". Sampai di sini saya anggap anda sekarang sudah paham apa itu yang disebut Syarat dan Rukun. Sebelum saya bahas panjang lebar, alangkah lebih baik (menurut saya) untuk anda ketahui bahwasanya setiap pekerjaan atau amal, baik yang bernilai ibadah atau mu'amalah atau apapun itu yang penting bisa dikategorikan sebagai pekerjaan itu mempunyai beberapa komponen pokok di dalam pengerjaannya. Komponen pokok ini merupakan dasar dari berbagai macam amalan karena merupakan penentu dan apabila tidak ada pokok - pokok ini amalan atau pekerjaan tidak akan pernah bisa terjadi atau tidak bisa disebut pekerjaan. Contoh simpelnya adalah "Sambel" yang disebut dengan sambel adalah "lombok yang diulek (jawa) bahasa kerennya dihaluskan", entah dengan cara apapun itu yang pasti lombok yang diulek itu disebut sambel, jadi anda jangan memaksakan diri untuk menyebut "sambel" bila yang diulek bukan lombok. Adapun bila ditambah dengan bahan lain, maka nama sambel diberi tambahan nama dengan bahan yang ditambahkan tadi. Seperti halnya lambok diulek ditambahi tempe, maka disebut "sambel tempe", ditambahi terong disebut "sambel terong", ditambahi terasi disebut "sambel terasi". Namun ada fenomena menarik di sini, bila lombok diuleg, ditambah tempe yang sudah agak busuk dan ditambah santan bukannya disebut "sambel tempe busuk santan" tapi sebutannya "sambel tumpang" dan masih banyak lagi contoh lainnya. Lho, kenapa malah ngomongin makanan faforit saya waktu masih di Lirboyo.... ya sudah, intermezo saja ya, sekarang kembali ke pokok pembahasan. "Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel", sekarang anda sudah bisa memahami maksud judul saya kan??? Oke, siiip, jadilah manusia yang agak cerdas... Pokoknya Rukun Pokok dasar sebuah Pekerjaan (Rukun) ada tiga hal, yaitu: 1. Hati (pekerjaan yang bersifat batiniyah), 2. Lisan (pekerjaan yang bersifat qouliyah atau ucapan) dan 3. Anggota Badan (pekerjaan yang bersifat gerakan). Ketiga hal tersebut di atas harus ada dalam sebuah pekerjaan, entah satu atau dua dari tiga, atau bahkan ketiganya sekaligus. Bila anda mengaku melakukan pekerjaan tapi tanpa melibatkan satupun dari tiga pokok diatas, maka dengan tegas, bergaris bawah, cetakan tebal dan huruf balok saya katakan "Anda MIKIR DOANG, NGIMPI dan NGAYAL". Maaf, tolong jangan dibantah perkataan saya ini ya...!!! kenapa saya harus minta tolong "jangan dibantah"? Karena saya kasihan sama anda kalau sampai membantah.... Kasihan kenapa? Ya,,, "pokoknya" kasihan saja. Kalau mau tahu alasannya baca "RAHASIA INI" tapi ingat lho!!! ini "RAHASIA". "Jujur" ngomong sama nulis memang berbeda. Kalo ngomong, saya tahu siapa yang saya ajak ngomong dan bagaimana tanggapan mereka terhadap omongan saya, so... Saya bisa langsung memberi tanggapan balik atau jawaban bila mereka mengajukan pertanyaan atas omongan saya. Tapi yang ada di hadapan anda ini tulisan, so... Saya tidak bisa menebak apa tanggapan anda dan saya juga tidak tahu siapa anda, iya to...!!! Tapi gini saja, kalau saya boleh menebak, paling anda akan memberi tanggapan dan pertanyaan yang sama seperti mereka, yaitu: "Lho,,, mas, kalau anggota badan yang bergerak dikategorikan pekerjaan, okelah saya setuju. Tapi bagaimana bisa hati dan lisan juga dikategorikan bekerja??? Justru harusnya "otak" yang bisa dikategorikan bekerja, bukannya hati". Kalau penyataan dan pertanyaan anda seperti ini, maka saya juga akan memberi jawaban yang sama juga, iya to... Ya tinggal saya jawab saja "Ya kalau "otak" anda letaknya di "dengkul" saya maklum kalau anda menyatakan dan bertanya semacam ini, saya juga meng"amini" pas anda jalan - jalan apalagi pas lomba lari 100 m. itu otak anda pasti bekerja sanagt keras untuk mempertahankan agar tetap di posisinya, gimana tidak, lha wong terpontang - panting maju mundur terus kok... ha... ha... ha... ha... haaaaaa....." Jangan marah lho...!!! hanya bercanda, kan nyata - nyata otak anda di kepala bukan di dengkul, iya to... :) Semoga ini bisa menjadi pencerah buat anda. "Otak" memang memiliki tugas yang terbilang sangat penting di antara organ - organ tubuh yang lain, bahkan menurut sebagian orang kerja "Otak" merupakan penentu dari setiap keadaan atau kejadian yang akan terjadi pada diri setiap manusia melaui pola "mindset" yang terbentuk di dalam otak. Kalau masalah mindset mungkin akan saya bahas lain kesempatan. Kembali ke Pekerjaan (Rukun) dan otak. Setiap anggota badan yang bersifat "jeroan (terletak di dalam bukan luar)" memang memiliki kerja dan tugas masing - masing, tapi tidak bisa dikategorikan "kerja" dalam istilah dunia kerja atau muamalah dan atau ibadah. Sedangkan orang - orang yang kerja mengandalkan otak seperti peneliti, penemu, ekonom, konsultan, "pembuat UU" dan lain - lain yang intinya butuh "mikir" dalam kerjaannya ketika mereka bekerja memang mengandalkan otak - otak mereka tapi bukan berarti pas "mikir" lalu mereka anda anggap bekerja, itu salah kaprah. Pas mereka mikir ya artinya mereka belum bekerja, tapi lagi "mikir doang", baru setelah hasil pemikiran mereka di tuangkan dalam tulisan atau dipraktekkan dalam tindakan atau didiskusikan dalam perdebatan, nah baru silahkan anda katakan mereka sudah bekerja tidak hanya mikir doang. Biar anda juga "mikir" sebelum membantah saya, silahkan anda fahami gambar di bawah ini...!!!
Si A memerintahkan Kepada Si B untuk memasukkan Ranjang tidur (1) ke dalam kamar (3). Ukuran Ranjang adalah Super Jumbo sedangkan Pintu (2) kamaar sangat kecil. Si B yang diperintah Si A lagi "mikir" bagaimana caranya biar Ranjang bisa masuk. Dasar Si B agak oon, kelamaan "mikir" membuat Si A agak jengkel, dan protes: Si A: "Heh... B, kamu itu disuruh pindahin Ranjang malah bengong, cepat "kerja"kan...!!!" Kalau anda jadi Si B bagaimana jawaban anda??? dan kalau Si B itu saya, maka akan saya jawab: Si B: "Apa ente gak lhat ini lagi "mikir"...!!!" Nah lo... Iya to, kalau "mikir" sudah dikategorikan "kerja", maka Si A tidak akan menyuruh lagi untuk cepat dikerjakan, kan Si B lagi kerja. Tapi yang jelas "mikir" itu belum bisa dikategorikan "kerja" jadi jangan paksakan kehendak anda untuk mengkategorikan "mikir" sebagai pe"kerja"an. Kalau sampai di sini anda masih pengen membantah saya, ya maaf - maaf kata saja, berarti anda "Super Sombong" Na'uudzu billaahi min dzalik. Saya harap anda sudah bisa menerima dan memahami uaraian saya dari atas sampai alenia ini. Sekarang saya akan tunjukkan dalail yang menerangkan bahwasanya yang dilakukan "hati dan lisan" adalah sebuah pekerjaan. Silahkan anda buka Al Qur'an Surah Ali Imrom ayat:156, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Alloh menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Alloh menghidupkan dan mematikan. Dan Alloh melihat apa yang kamu kerjakan." Alhamdulillah... Puji Syukur kepada Alloh SWT. yang telah melunakkan hati anda untuk tidak memprotes Al Qur'an yang saya sampaikan barusan. Sudah plong...??? Sekarang tahap selanjutnya yang harus anda ketahui adalah "Semua Pekerjaan (Rukun) Mempunyai Akibat (imbas) Positif (seperti Pahala, Rasa Gembira, Sehat, Gaji, Pendapatan, Pujian dll.) dan Negatif (seperti Dosa, Rasa Sedih, Sakit, Rugi, Hinaan dll.)" tergantung apa yang kita kerjakan dan untuk siapa pekerjaan itu kita sandarkan. Apabila sandaran kita hanya Alloh SWT. maka di situ ada pahala yang sangat besar di sisiNYA, tapi apabila sandaran kita hanya kepada makhluk seperti, bos, atasan, mertua, pacar, rekan kerja (read hasil yang bersifat duniawi) dll, maka tidaklah kita mendapat apa - apa di sisiNYA kecuali kerugian yang teramat besar. Biar anda lebih yakin, baca Surat An Nisa' ayat 115 yang artinya: "Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." Dalam Surat An nisa' ayat 134 yang artinya: "Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Alloh ada pahala dunia dan akhirat. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Juga dalam Surat Ali Imron ayat 22 yang artinya: "Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." Baca juga Surat Asy Syuroo ayat 36 yang artinya: "Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Alloh lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal." Sebagai referensi buat anda, silahkan baca tulisan ini. Alhamdulillah... Rukun (episode #1) saya rasa sudah cukup penjabarannya, untuk kesimpulan akhir: 1. Pekerjaan (Rukun) membutuhkan "Pembenaran dalam Hati, Pengikraran dalam Ucapan dan Pengerjaan dalam gerakan Anggota Badan". Artinya, pekerjaan itu dilakukan oleh Hati, Lisan dan Anggota Badan. 2. Semua Pekerjaan (Rukun) bergantung dan bermuara dari pokok dasarnya yaitu, HATI (NIAT). 3. Pekerjaan (Rukun) berimbas antara Pahala dan Dosa, antara hasil di dunia dan akhirat atau salah satunya atau bahkan tidak berimbas untuk keduanya alias sia -sia. 4. Sebatas ber"fikir" saja tanpa tindak lanjut dari tiga pokok rukun maka tidak bisa disebut "kerja" dan tentunya tidak bisa berdampak apapun sebagaimana kesimpulan nomor #3, walaupun terkadang apa yang dilakukan oleh Hati, Lisan dan Anggota Badan adalah bersumber dari fikiran yang diolah oleh otak. Untuk Korelasi antara tulisan ini dan gambar yang paling atas, saya yakin anda sudah bisa menjabarkan dan bakan mempresentasikan jabaran anda kepada saya. Saya tidak ragu lagi, karena saya yakin anda "cukup cerdas". Semoga Alloh senantiasa menuntun kita semua di dalam segala aktivitas kita hanya untuk mencari RidloNYA. Aamiiin Yaa Robbal 'Aalamiin...!!!
READ MORE - Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel

Semua Ada Syaratnya

Semua ada Syaratnya....?
Pengertian Syarat adalah satu hal yang harus dipenuhi sebelum melakukuan Rukun. Sedangkan rukun adalah hal - hal yang dilakukan demi kesempurnaan suatu pekerjaan baik yang berupa ibadah atau muamalah atau segala sesuatu yang berupa pekerjaan yang membutuhkan anggota badan untuk melakukannya. Syarat itu mutlaq, bersifat "dzorury", artinya mau kita sadari ataupun tidak syarat itu sudah menempel pada apapun bentuk ibadah, muamalah, atau amalan apapun itu, bahkan bayi untuk bisa berpindah dari alam kandungan ke dunia (hidup di dunia)pun ada syaratnya, yaitu mengesakan Alloh SWT. dalam surat Al A'rof: 172,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Adapun rukunnya adalah hidup itu sendiri dan apa - apa yang dilakukan untuk bertahan agar tetap hidup. Ketika anak - anak kita menginjak usia sekolah, maka agar bisa bersekolah juga ada syaratnya, seperti mendaftar, siapkan foto, akte dll; dan rukunnya adalah bersekolah dan apapun yang dibutuhkan untuk bisa bersekolah. Begitu pula kerja, menikah, punya anak, mati dan segala sesuatu yang tidak perlu saya sebutkan, karena anda sendiri pasti juga sudah tahu.
Kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang syarat untuk SUKSES, kenapa Sukses??? silahkan anda jawab sendiri... Oke!!! Untuk "SUKSES" ada enam syarat yang harus anda penuhi, ya,,, harus itu, kalau kurang satu saja maka anda akan sulit untuk sukses, bukan tidak bisa tapi sulit.
Untuk Syarat Sukses saya mengambil dua nadzom awal dari kitab yang sangat kecil, tapi besar sekali ilmu yang dikandung di dalamnya yaitu "Kitab Alaa Laa". Dalam redaksinya disebutkan "ilmu" tapi saya menyamakannya dengan kata "sukses" karena kalam hikmah mengatakan "Barang siapa yang menghendaki (sukses) dunia maka harus dengan ilmu. Yang menghendaki (sukses) akhirat juga dengan ilmu dan yang menghendaki (sukses) dua-duanya maka juga harus dengan ilmu". Begini Nadzomannya:
اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
"ELINGO DAK HASIL ILMU ANGING NEM PERKORO. BAKAL TAK CERITAAKE KUMPULE KANTI PERTELO".
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادِ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
"RUPANE LIMPAT, LOBO, SOBAR, ONO SANGUNE LAN PIWULANGE GURU LAN SING SUWE MANGSANE." "Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan KESUKSESAN kecuali dengan enam syarat, yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama". Dari nadzom di atas sudah sangat jelas dan gamblang. Dengan membacanya saja saya sakin anda sudah bisa memahami. Tapi, ijinkan saya untuk menguraikannya agar anda bisa lebih menghayati dan merasakan, agar apa yang mudah itu bisa menyatu dengan anda dan anda bisa merasakakan manfaat dari kedua nadzom ini. 1. Cerdas, Tanggap, Respect. Yaitu, kemampuan untuk menangkap peluang, kesempatan, membaca situasi dan kondisi, tanggap, bisa menentukan skala prioritas dan pintar memanfaatkan adalah syarat awal untuk meraih kesuksesan. Tanpa kecerdasan kita dalam menangkap dan memanfaatkan peluang tentu anda akan sangat sulit sekali untuk sukses. Alasannya anda sudaah tahu sendiri lah.... iya kan! Kalau anda merasa sulit untuk menangkap peluang, itu saya tahu alasannya dan andapun juga tahu tapi mungkin anda belum menyadarinya. Alasannya yaitu, anda kurang melakukan dan bahkan mungkin "malas" melakukan dengan alasan apalah - apalah versi anda. Tapi intinya ya... ITU, ANDA MALAS MELAKUKAN DENGAN ALASAN VERSI ANDA SENDIRI. Bukankah Alloh SWT. telah berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون
"Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS. An Nahl: 78) Dari ayat ini sudah bisa kita fahami, bahwasanya Alloh telah memenuhkan syarat bagi kita agar bisa menjadi "cerdas" yaitu 1. Pendengaran, 2. Penglihatan dan 3. Hati, tinggal kita jalankan "rukunnya". Dengan kelengkapan syart cerdas itu, kok anda masih bilang "sulit..." itu berarti anda malas untuk melakukan. Lebih parahnya lagi itu berarti anda tidak mau Bersyukur atas tiga nikmat Alloh tadi. "Na'uudzu billaahi min dzalik". 2. Semangat Kalau syarat yang kedua ini harus saya jelakan, maka cukup simpel saja saya menguraikannya, yaitu sebagaimana Ulama bijak dulu menyampaikan "مَنْ جَدَّ وَجَدَ""Barang siapa yang bersungguh - sungguh pasti dia akan berhasil". Sampai kapan? sampai mati, karena hidup di dunia ini adalah perjuangan (untuk menggapai sukses di Akhirat). 3. Sabar Menyebut kata Sabar saya teringat dengan kalimat yang pernah di sampaikan oleh Mas Adi Sumarno, yaitu: - Ora ono mulyo tanpo pacobo, - Ora ono puji tanpo diuji, - Ora ono sugeh tanpo wedhi getih, - Ora ono tentreme ati tanpo nyedak marang gusti. =================================== > Tidak ada kemulyaan tanpa adanya cobaan, > Tidak ada pujian kecuali harus melalui ujian, > Tidak akan pernah bisa kaya kecuali mau berkorban hingga darah penghabisan, > Hati tidak akan bisa tenang tanpa mendekatkan diri pada Tuhan. Sudah faham kan??? Intinya untuk mencapai sukses itu butuh sabar dalam prosesnya. Akan ada banyak hinaan, cemoohan, penertawaan, ini, itu dan lain - lain. Kenapa itu harus kita alami, ya jawabannya hanya satu "agar kita pantas". Coba lihat gambar di bawah ini, anda pasti akan lebih bisa memahami...!!!
4. Biaya Istilah "Semua Ada Harganya" sudah cukup untuk menjabarkan syarat yang ke 4 ini. Ya,,, Apapun yang anda dapatkan itu pasti sesuai dengan harga yang anda bayarkan. Suksespun sama, anda harus berani bayar harganya. Korbankan harta anda, korbankan tenaga anda, korbankan pikiran anda, korbankan waktu anda untuk satu tujuan yaitu "Sukses Dunia dan Akhirat". Kalau anda berani bayar harganya, pasti anda akan dapatkan semuanya. 5. Petunjuk Guru/ Mentor/ Senior/ Atasan/ Leader dll. Jangan merasa pintar, sudah benar, semaunya sendiri... Seorang guru/ pembimbing/ senior dan lain- lain itu sudah mengalami proses seperti anda, ibarat perjalanan, beliau - beliau sudah terlebih dahulu melewati jalan tersebut, jadi lebih tahu mana jalan yang bergelombang, lubang, mulus, berkelok - kelok. Jadi ketika beliau mengarahkan anda itu karena beliau tidak menginginkan anda jatuh karena anda tidak memahami kondisi jalan. Sudahlah selebihnya silahkan anda jabarkan sendiri, ungkapan terahir saya dari syarat ke 5 ini "Gajah di pelupuk mata tak nampak, tapi Semut di..........." tahu lanjutannya to??? Siiippp....!!! 6. Lama Waktunya Seberapa lama watu untuk sukses? Jawaban saya "Relatif" tergantung sukses yang seperti apa yang anda tuju. Kalau sukses duniawi dengan jalan konfensional dan anda type "pekerja keras", saya berani jawab sangat lamaaaaaa..... Kalau anda bisa menjadi type "pekerja Cerdas", yaa cukup 3 sampai 5 tahun lah, tergantung dari kelima syarat diatas, anda bisa memenuhi semua atau tidak. Kenapa saya berani Jawab seperti itu? alasannya simpel karena "sekarang ini era informasi bukan lagi era industri" jadi siapa yang menguasai dan mampu mengoptimalkan teknologi informasi dialah yang akan jadi pemenang. Itu tadi kalau sukses duniawi (kuantitas) beda lagi kalau sukses ukhrowi (kualitas), maka untuk sukses ukhrowi tidak ada batas waktunya, artinya ya dari kita lahir sampai mati. Saya yakin 1000% manusia yang sadar tentang sifat "fananya" pasti lebih ingin sukses yang no.2, itu artinya "berjuang hingga mati untuk sukses di Akhirat" dan untuk manusia yang sadar / sehat / waras,,, ya harusnya sadar "dua", ya sadar "fananya" ya juga sadar tentang sifat "manusiawinya" dan ini adalah nilai tambah dalam perjuangan. Artinya karena sama - sama berjuang untuk mengejar sukses di situ dia mendapatkan sukses ukhrowi dan juga mendapatkan sukses duniawi. Apa bisa bersamaan??? Tentu sangat bisa. Alloh SWT. telah berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Al Qosos: 77) Apa - apa yang telah Alloh anugerahkan kepada kita, selain berupa "harta atau kenikmatan dunia", dari anugerah (berupa dunia) itu di dalamnya juga ada bagian "akhirat", tapi tidak semua manusia menyadarinya. Maka dari itu perintah Alloh sangat jelas, yaitu kita disuruh men"cari" dari anugerah yang kita dapatkan tadi (dunia) untuk mendapatkan bagian "Akhirat" dari nikmat "Dunia" tersebut. Kalau masalah ini, pokok dasarnya adalah "niat". Untuk lebih jelasnya silahkan anda baca tulisan saya tentang niat di sini. Semoga Alloh SWT. memberkahi kita semua, dan menuntun kita serta memudahkan kita semua untuk mendapatkan kesuksesan Dunia dan kesuksesan Akhirat. Baarokalloh... Aamiiin...!!!
READ MORE - Semua Ada Syaratnya
 

Tambal Ban Panggilan Semarang

Most Reading

Desain Thema . Diberdayakan oleh Blogger.